Kelas Pekerja yang nasibnya terus dipinggirkan

by -166 Views

Surat Terbuka untuk Kelas Pekerja Saudara-Saudariku, sesama kelas pekerja.

Kalian yang meneteskan keringat diantara deru mesin pabrik.

Kalian yang berpanas mentari di ladang dan sawah.

Kalian yang dianyun gelombang lautan di atas perahu nelayan.

Kalian semua, yang berpeluh untuk menyambung hidup.

Di paruh terakhir bulan Ramadhan ini, saya hendak menyampaikan isi hati dan fikiran saya.

Saya tuliskan dalam surat terbuka yang ringkas ini.

Berharap mendatangkan manfaat bagi perjuangan kita.

Saudara-Saudari sekalian, seperti yang kita ketahui bersama, Perppu Cipta Kerja akhirnya disahkan menjadi Undang-Undang oleh parlemen.

Pukulan ulang kepada kelas pekerja dan rakyat luas kembali kita rasakan, seiring dilegalkannya beleid tersebut.

Awan hitam terlihat menggantung di langit hari depan rakyat Indonesia.

Dikte oligarki terhadap arah hidup bangsa ini makin nyata belaka.Bertahun lamanya kita berjuang menentang keberadaan UU Cipta Kerja, sejak regulasi itu masih berupa draft.

Puluhan kota di Indonesia menggelar demonstrasi. Kelas buruh dan kaum muda membanjiri jalan.

Diantara mereka tak cuma mengucurkan keringat, bahkan darah pun menetes. Namun, telinga dan mata legislator negeri ini rupanya benar-benat tertutup rapat dari aspirasi rakyat.

Penolakan kita dipunggungi begitu saja. Diacuhkan.

Saudara, dalam perjuangan saya percaya, tak ada garis akhir, sebelum rakyat menjadi pemenang.

Kita akan sekalilagi menantang keberadaan UU Cipta Kerja melalui Judicial Review. Kita tak sudi menyerah.

Sebelumnya ini sudah kita lakukan, menghasilkan keputusan ‘inskontitusional bersyarat’, yang sayangnya, alih-alih diperhatikan, justru diakali lewat mekanisme hukum lain.

Kita juga akan terus melakukan mobilisasi umum menentang Undang-Undang Cipta Kerja. Peringatan Hari Buruh Se-Dunia, 1 Mei kedepan, akan kita jadikan ajang kebulatan tekad untuk menyatakan: perang melawan UU Cipta Kerja belumlah berakhir! Kelas pekerja masih berlawan! Saudara-Saudari ku, sesama kelas pekerja yang nasibnya terus dipinggirkan.

Saya hendak mengingatkan, salah satu respon politik yang diambil kelas pekerja atas lahirnya UU Cipta Kerja adalah pendirian Partai Buruh. Kita menyadari, perjuangan melawan dikte oligarki tak cukup hanya di jalanan.

Kita hendak meningkatkan level perjuangan ini ke gedung parlemen. Menjadikan Pemilu sebagai sarana perjuangan lanjutan kelas pekerja.

Dengan segenap kerendahan hati saya harus jujur katakan, Partai Buruh belum lah partai yang sempurna.

Masih banyak kekurangan di sana-sini. Senang sekali bila kritik dan gagasan bisa dihaturkan untuk memperkuat partai ini.

Kami terbuka untuk itu. 

Namun begitu, Partai Buruh masih merupakan satu-satunya perwakilan politik kelas pekerja yang ada saat ini. Ia adalah alat yang bisa dipakai untuk menghentikan kesewenang-wenangan yang makin keterlaluan kepada kelas pekerja. 

Tak lama lagi Pemilu 2024 akan tiba. Suara kelas pekerja akan turut menentukan nasib kehidupan kita bersama. Menjadi ganjil dan sukar diterima nalar, bila mereka yang selama ini berjuang menentang UU Cipta Kerja, justru kembali datang ke bilik suara menjatuhkan pilihan kepada partai-partai yang turut mendukung UU Cipta Kerja. 

Menjadi tidak rasional pula, jika suara kelas pekerja dititipkan ulang kepada partai-partai yang penolakannya kepada UU Cipta Kerja hanya berupa lips service belaka.

Bagaimana mungkin kita memilih mereka yang menindas kita? Bagaimana bisa kita kembali digiring mendukung pihak-pihak yang mencekik kesejahteraan kelas pekerja? Fikiran jernih dan hati nurani kita tentu bisa membedakan mana yang batil dan mana yang haq.

Dimana itu cahaya kebenaran dam dimana itu awan gelap tipu daya. 

Saudara-Saudari ku tercinta.

Tibalah saya pada penghujung surat saya.

Bagi kita, garis pembatas antara siapa sahabat kelas pekerja dan siapa pembenci kelas pekerja sudah terang benderang, yaitu UU Cipta Kerja. Garis pembatas ini lah yang seharusnya kita lihat bersama di Pemilu mendatang.

Jika kita hendak meneruskan perjuangan anti UU Cipta Kerja, Partai Buruh adalah rumah yang seharusnya kita datangi bersama. Bukan yang lain!

Wassalamu'alaikum.
Ferri Nurzali
Sekretaris Jenderal Partai Buruh