Di setiap jalan setapak perjuangan, di setiap keringat yang menetes, dan di setiap nyanyian perlawanan, ada satu janji yang kita pegang teguh: janji solidaritas. Bukan hanya janji verbal, melainkan sebuah ikrar yang terukir dalam setiap tindakan nyata. Kita berjuang bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk sebuah warisan yang lebih besar dari sekadar hak dan upah.
Serikat pekerja kita dibangun di atas fondasi yang kokoh, bukan hanya oleh idealisme, tetapi oleh aksi kolektif yang tak pernah berhenti. Setiap hari, kita mengumpulkan dana sosial kolektifβbukan sekadar uang, tetapi sebuah manifestasi dari solidaritas konkret. Dana ini mengalir bukan untuk kemewahan, tetapi untuk kehidupan. Dana ini menjadi tangan-tangan yang mengusap air mata anak-anak yatim, anak-anak yatim eks-pekerja yang kehilangan orang tua. Mereka adalah bagian dari kita, darah daging dari perjuangan yang takkan pernah pudar.
Kita memastikan bahwa tidak ada anak yang kelaparan karena orang tuanya telah tiada. Sembako dan nutrisi bukan hanya bantuan, tetapi adalah sebuah pernyataan: “Kalian tidak sendirian.” Ini adalah bentuk perlawanan paling fundamental terhadap ketidakadilan, karena kita menolak untuk membiarkan sistem menghancurkan mereka yang paling rentan. Kita tunjukkan bahwa keadilan sosial bukanlah utopia, melainkan sebuah realitas yang kita ciptakan bersama, satu rupiah demi satu rupiah.
Maka, ketika barisan memanggil, tidak ada alasan untuk ragu. Ketika perjuangan menuntut kita untuk bersuara, tidak ada alasan untuk bersembunyi. Kita telah mengikat takdir kita bersama, bukan hanya dalam hidup, tetapi juga dalam kenangan mereka yang telah mendahului kita. Kita berjuang untuk masa depan anak-anak kitaβmereka yang masih hidupβdan kita juga berjuang untuk harga diri dan martabat mereka yang telah tiada.
Jangankan masih hidup, mati pun kita perjuangkan. Karena perjuangan kita abadi, melampaui batas-batas hidup dan mati. Ia hidup dalam senyum anak-anak yang kita bantu, dan dalam kekuatan barisan yang takkan pernah goyah. Inilah yang membuat kita lebih dari sekadar perkumpulan. Kita adalah keluarga. Kita adalah perlawanan.
Tulisan : Dhani PUK SP KEP SPSI PT NOK Indonesia





