KEPTV | Jakarta, 8 Juli 2025 – Universitas Binawan, bekerja sama dengan LION, INA-BAN, dan Union Aid Abroad – APHEDA, sukses menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Koordinasi Perlindungan Masyarakat dari Pajanan Asbes” di Aula Universitas Binawan, Jakarta Timur. Acara ini dihadiri oleh sekitar 30 peserta, termasuk perwakilan dari DJSN, mahasiswa Fakultas Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), aktivis K3, serikat pekerja, dan lembaga perlindungan konsumen.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan update terkait pembuatan peta risiko paparan asbes di Indonesia serta mendorong kampanye transisi penggantian asbes guna mencegah penyakit akibat paparan material berbahaya tersebut. Dalam sambutannya, Yunita Sari Purba, SST.K3., M.A., selaku Kepala Program Studi K3 Universitas Binawan, mengapresiasi kehadiran para undangan dan menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai langkah konkret dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan masyarakat.
Dr. Anna Suraya, dosen Fakultas K3 Universitas Binawan, menjadi salah satu pemateri yang menjelaskan bahwa mahasiswa K3 telah melakukan riset pemetaan risiko paparan asbes di 14 provinsi di Indonesia. “Hasil riset ini menjadi landasan penting dalam memahami sebaran risiko dan merumuskan langkah-langkah preventif,” ungkap Dr. Anna.
Philips Hazelton, perwakilan dari Union Aid Abroad – APHEDA, memaparkan kondisi kampanye anti-asbes di kawasan Asia Pasifik. Ia menjelaskan bahwa Australia telah melarang penggunaan asbes selama lebih dari 30 tahun dan aktif mendukung gerakan global untuk penghapusan asbes. “Kami bekerja sama dengan serikat pekerja dan pemerintah di empat negara Asia Pasifik untuk memperkuat perlindungan dan kampanye terhadap bahaya asbes,” jelas Hazelton. Namun, ia menyesalkan bahwa Asia Tenggara, khususnya Indonesia, masih menjadi pasar utama terakhir bagi produsen asbes dunia.
Pada kesempatan yang sama, Bung Hermansyah, S.H., menekankan perlunya perlindungan bagi pekerja yang terpapar pajanan asbes. Ia menyarankan agar para penggiat K3 dan Pemerhati Penyakit Akibat Kerja banyak belajar dari pengalaman Australia melalui APHEDA yang telah berpengalaman lebih dari 30 tahun dalam memitigasi pajanan asbes.
Kegiatan ini ditutup dengan kesimpulan bahwa sinergi antara akademisi, pemerintah, serikat pekerja, dan masyarakat sipil sangat dibutuhkan untuk memperkuat kampanye dan advokasi isu asbestos di Indonesia. Kolaborasi lintas sektor diharapkan mampu mempercepat transisi menuju material yang lebih aman dan mendorong perlindungan masyarakat secara menyeluruh.
Kontributor : Anggi Nugraha





