Kebetulan saya juga hobi menulis yang oleh beberapa pihak gaya penulisan saya dinilai bertujuan mengkritisi kebijakan-kebijakan manajemen perusahaan, sehingga beberapa waktu yang lalu saya mendapat pertanyaan yang lumayan mengelitik sanubari. Pertanyaan tersebut adalah “Memangnya Manajemen merespon tulisan-tulisan ente bro? Kok pake susah-susah nulis segala.”
Belum lagi, ketika ada gejolak berlabelkan Ksatria Langit, saya selalu berusaha untuk konsisten dalam menggunakan kaos Ksatria Langit dikegiatan kedinasan dan ada juga pihak yang mengatakan, sia-sia apa yang ente lakuin bro, toh tidak ada perubahan juga kan, manajemen masih nemaksakan kehendaknya tanpa memperdulikan aturan, sistem dan budaya kerja yang rusak sebagai dampaknya.
Terus terakhir, ada seseorang yang berkata: “Ente senengnya cari musuh aja sih bro, udah nurut aja, ngih-ngih aja, jadi biar ada kesempatan dapat kenaikan jabatan!”
Seumur hidup saya bekerja, saya merupakan seorang bawahan seseorang, dan saya juga punya keyakinan bahwa yang namanya pekerja akan selalu menjadi bawahan seseorang seberapapun tinggi jabatan dan gaji pekerja tersebut. Sehingga sebagai seorang bawahan, yang kita butuhkan adalah kepastian sistem dan perlakuan yang baik atau sebagian menyebut sebagai di wong ke.
Seberapa sering kita sebagai bawahan merasa di zdolimi oleh atasan kita? Ada yang merasa banget, ada yang merasa yah biasa saja, bahkan ada yang merasa bahwa untuk inilah kita di gaji. Tetapi seringkali seberapapun tidak enaknya perlakuan seorang atasan kita kepada kita, begitu kita berganti atasan, kita juga mulai membandingkan dan hasilnya banyak yang merasa lebih baik atasan yang sebelumnya. Padahal ketika kita berada di atasan sebelumnya kita merasa berat dan nyaman dengan gaya kepemimpinan atasan kita. Mungkin karena manusia pada dasarnya adalah mahluk yang mudah beradaptasi.
Pertanyaannya, kenapa saya dinilai berbagai pihak suka melawan dan diduga melakukan provokasi untuk melawan kebijakan manajemen? Sebenarnya, saya tidak pernah merasa yang saya lakukan itu melawan manajemen atau mau memprovokasi agar banyak pihak yang melawan kebijakan manajemen. Yang saya lakukan hanya menegaskan saya berada dipihak yang mana.
Saya tidak pernah berharap apa yang saya lakukan akan mengubah kebijakan manajemen, khususnya untuk hal-hal yang bertentangan dengan sistem dan akal sehat yang sama-sama diakui. Tetapi saya hanya ingin menyebarluaskan kepada banyak orang, bahwa saat ini kita hanya bisa mengingatkan, tetapi lain kesempatan ketika kita dipercaya dengan amanah yang bisa memutuskan, maka pastikan kita tidak melakukan hal-hal yang salah dan merugikan kita. Kita tidak bisa membunuh satu generasi untuk memperbaiki suatu pembenaran kesalahan, tapi pastikan pembenaran kesalahan itu berhenti di kita ketika kita mempunyai amanah. Sehingga pembenaran kesalahan itu tidak di wariskan ke generasi selanjutnya.
Banyak yang ketika seseorang belum mempunyai amanah yang cukup, dia selalu berkoar-koar betapa buruknya kelakuan manajemen, tetapi ketika dia mendapat amanah yang cukup, ternyata yang dilakukan jauh lebih sadis dari tindakan manajemen sebelumnya. Oleh karena itu kita harus bisa berusaha warisan kesalahan ini berhenti, minimal berhenti di kita. Kebenaran tidak akan menjadi salah karena banyak yang menyalahkan, dan sebaliknya kesalahan tidak akan menjadi kebenaran walaupun banyak yang mendukungnya.
Balik lagi kesituasi di awal tulisan, terus terang saya tidak terlalu merespon berbagai obrolan di atas, biasanya saya hanya merepon dengan tersenyum dan tidak mencoba membantah pernyataan-pernyataan di atas. Mungkin saya pun paham bahwa apa yang saya lakukan hanyalah tindak-tindakan kecil bagaikan kepakan sayap kupu-kupu di belantara amazon, tidak berdampak disana.
Tetapi beberapa hari yang lalu, ada seorang senior yang mengingatkan bahwa kepakan sayap kupu-kupu di belantara amazon ternyata bisa menyebabkan tornado di Amerika dan hal itu disebut Butterfly effect.
Tapi saya tidak berani menyatakan apa yang saya lakukan diibaratkan kepakan sayap kupu-kupu di belantara amazon.
Burung pipit saja yang tau dia tidak bisa memadamkan api yang melahap tubuh Nabi Ibrahim, tetap berusaha bolak balik menyiramkan air yang dibawa di paruhnya hanya untuk sekedar menunjukkan sikap dipihak mana burung pipit itu berada.
Jadi, bagaimana menurut anda Kawan, apakah Kepakan Kecil adalah angin lalu atau penghasil badai dikemudian hari??
21 Februari 2025
Refleksi Diri